Rabu, 28 Maret 2012

Analisis Gender dan Ketidakadilan

Apakah itu GENDER ?
Untuk memahami konsep gender kita harus membedakan kata gender dengan seks (jenis kelamin). Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang di tentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Konsep gender itu sendiri merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki mauun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupunkultural. Misalnya, perempuan dianggap lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, jantan, perkasa dan rasional.
Perbedaan Gender melahirkan ketidakadilan
Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki- laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.
Ketidakailan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk, yaitu :

1. Marginalisasi atau Pemiskinan ekonomi
Marginalisasi atau pemiskinan ekonomi biasa terjadi di berbagai negara yang dialami laki-laki maupun perempuan, tetapi yang akan dibahas adalah marginalisasi yang terjadi pada perempuan yang disebabkan akibat ketidakadilan gender. Marginalisasi bisa berasal dari kebijakan pemerintah ( program swasembada pangan atau revolusi hijau secara ekonomis menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya kemudiaan memiskinkan perempuan ), keyakinan, tafsiran agama ( hak waris setengah dari hak waris laki-lakiterhadap kaum perempuan ) , keyakinan tradisi, bahkan kebiasaan.

2. Subordinasi atau anggapan tidak penting dalam pengambilan keputusan politik.
Anggapan perempuan yang selalu melibatkan emosional dan irasional menguatkan anggapan perempuan sulit memimpin dan akhirnya menempatkan perempuan pada posisi tidak penting.
Contoh kasus :
Ketika Megawati memenangkan pemilu pada pemilihan Presiden, tetapi dengan segala intrik politik disertai berbagai macam anggapan dan tafsir agama megawati digantikan oleg Gusdur sebagai presiden.

3. Kekerasan atau Violence
Kekerasan atau Violence adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integrasi mental psikologis seseorang. Pada dasarnya kekerasaan gender disebabkan oleh ketdaksetaraan kekuatan yang ada pda masyarakat.
Bentuk kekerasan gender :
a. Pemerkosaan perempuan
Pemerkosaan perempuan terjadi ketika dalam perkawinan dimana salah satu dari pasangan suami istri merasa terpaksa atau tidak rela melayani salahsatu pasangannya.
b. Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi di dalam rumah tangga ( domestic violence ).
Misalnya, kasus kekerasan rumah tangga dimana perempuan menjadi korban kekerasan berupa kekerasan fisik yang dilakukan oleh suami.
c. Bentuk penyikasaan yang mengarah pada organ alat kelamin.
Misalnya, penyunatan perempuan yang dilakukan masyarakat. Disisi lain penyunatan dilakukan dengan dalih untuk mengontrol kaum perempuan.
d. Kekerasan dalam bentuk pelacuran
Pelacuran merupakan bentuk kekerasan pada perempuan yang diselenggaran suatu mekanisme ekonomi yang merugikan kaum perempuan. Disatu sisi pemerintah menangkapi dan ingin menghilangkan prostitusi namun disiis lain pemerintah menarik pajak pada mereka. Sementara masyarakat menganggap seorang pelacur itu rendah, namun tempat tersebut selalu ramai dikunjungi orang.
e. Kekerasan dalam bentukpornigrafi
Kekerasan ini merupakan kekerasan nonfisik dimana tubuh perempuan dijadikan objek demi keuntungan seseorang.
f. Kekerasan dalam bentuk pemaksaan sterealisasi dalam Keluarga Berencana
Dalam program pemerintah mengontrol jumlah penduduk, perempuan dijadikan korban dalam pelaksanaan program tersebut yang terkadang bisa mengancam jiwa mereka.
g. Jenis kekerasan terselubung.
Hal ini terjadi ketika sesorang memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan degan berbagai cara dan kesempatan tanpa kerelaan si pemilik tubuh. Kekerasan ini biasanya terjadi di tempat umum, misalnya di dalam bis umum.
h. Tindakan kejahatan terhadap perempuan( pelecehan seksual )

Ada beberapa bentuk yang dikatagorikan sebagai pelecehan seksual :
1. Menyampaikan lelucon jorok secara vulgarpada seseorang dengan cara yang dirasakan sangatofensif.
2. Menyakiti atau membuat malu seseorang dengan omongan kotor.
3. Mengintrogasi seseorang tentang kehidupan atau kegiatanseksualnya atau kehidupan pribadinya.
4. Meminta imbalan seksual dalam rangka janji untuk mendapatkan kerja atau untuk mendapatkan promosi atau janji-janji lainnya.
5. Menyentuh atau menyenggol bagian tubuh tanpa ada minat atau tanpa seizin dari yang bersangkutan
4. Pembentukan steorotipe atau pelabelan negatif.

Steorotipe adalah pelabelan atau penandaan suatu kelompok tertentu. Banyak ketidakadilan terhadap jenis kelamin umumnya perempuan yang bersumber pada penandaan ( steorotipe ) yang dilekatkan pada mereka.
Misalnya, perempuan bersolek itu dengan tujuan menarik perhatian laki-laki. Seringkali terjadi kasus oemerkosaan terhadap perempuan, ironisnya masyarakat selalu menyalahkan perempuan.

5. Beban kerja lebih panjang
Anggapan bahwa kaum perempuan itu rajin berakibat perempuan selalu mengurusi urusan domestik bahkan semua segala urusan rumah. Dikalangan masyarakat bawah, beban kerja sangat tersa bagi perempuan. Mereka harus mengurus sendiri urusan domestik tanpa bantuan oranglain. Sedangkan untuk masyrakat menengah sampai ke atas, beban kerja bisa dilimpahkan pada pembantu rumah tangga.

Daftar pustaka
Fakih, Mansour.2008.Analisis gender dan transformasi sosial.yogyakarta:Pustaka pelajar offset.

Selasa, 27 Maret 2012

Laporan Penelitian Perubahan Sosial Budaya

LAPORAN PENELITIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DI DESA SEMBUNGAN, WONOSOBO, JAWA TENGAH untuk memenuhi tugas mata kuliah perubahan sosial budaya Oleh Nama : Lisa Dwi Oktarina NIM : 3401410037 Rombel : O1 FAKULTAS ILMU SOSIAL PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Sembungan merupakan salah satu desa yang berada pada dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Sembungan adalah desa tertinggi yang ada di Jawa Tengah dengan keadaan wilayah yang selalu tertutup kabut serta bersuhu dingin. Keadaan geografis desa sembungan yang seperti itu menjadikan masyarakat desa sembungan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani ke ntang. Bahkan di sembungan terdapat PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) yang memanfaatkan uap dari dalam perut bumi yang ada pada sejumlah kawah. Desa sembungan juga memiliki kebudayaan yang sangat khas, diantaranya adalah ruwatan anak gembel yang menarik minat wisatawan local maupun mancanegara . Keberadaan desa sembungan di dataran tinggi dieng yang sarat akan potensi wisatanya, juga mempengaruhi desa sembungan akan keadaan fisik dari masyarakat tersebut. Keadaan fisik tersebut terkadang mengalami perubahan yang berskala kecil maupun yang berdampak besar pada masyarakat sembungan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana definisi Perubahan Sosial dan Budaya menurut para ahli sosiologi? 2. Bagaimana Perubahan Sosial dan Budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Sembungan? 3. Bagaimana factor pendorong terjadinya perubahan social budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Sembungan? 4. Bagaimana penyebab terjadinya perubahan social budaya yang terjadi di Desa Sembungan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendiskripsikan perubahan social budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Sembungan 2. Mendiskripsikan faktor pendorong terjadinya perubahan social budaya pada masyarakat Desa Sembungan 3. Mendiskripsikan Penyebab terjadinya perubahan social budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Sembungan BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Perubahan Sosial Budaya Menurut Ahli Sosiologi 1. Kingsley Davis Perubahan social sebagai oerubahan – perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. 2. Maclver Perubahan-perubahan social dikatakan sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan social (social relationships) atau sebagi perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan social. 3. Selo Soemardjan Perubahan – perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. B. Perubahan Sosial Budaya yang Terjadi Pada Masyarakat Desa Sembungan Setiap masyarakat manusia di dunia ini pasti mengalami perubahan-perubahan dalam hidupnya, perubahan yang terjadi juga bervariasi dalam bentuknya. Perubahan tersebut mungkin terjadi sekali seumur hidup tetapi akan membawa dampak yang kurang berasa maupun yang besar sekalipun. Begitu pula masyarakat Desa Sembungan yang berada di dataran tinggi dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Desa tertinggi di Jawa Tengah ini masyarakatnya tidak luput mengalami poerubahan dalam bidang social budaya. Desa yang dekat dengan potensi objek wisata ini sering bersentuhan dengan kebudayaan dari luar yang juga mempengaruhi kebudayaan asli sembungan. Dalam bidang tekhnologi, dahulu masyarakat sembungan belum mengenal alat telekomunikasi seperti telepon dan atau handphone yang sekarang sudah banyak dimilki setiap warganya. Namun, disini alat telekomunikasi masih banyak kendala yang menghambat dalam perkembangannya , diantaranya masih kurangnya jaringan telepon. Kemajuan tekhnologi berupa internet masih sangat jauh dari kemajuan, internet hanya bisa diakses melalui telepon selular saja, itupun kalau ada jaringan telepon dan hanya segelintir orang yang mampu mendirikan jaringan internet seperti Kepala Desa. Listrik di Desa Sembungan juga sudah sangat maju, keadaan ini di dukung dengan adanya PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berasal dari pemanfaatan uap sejumlah kawah di sekitar Desa Sembungan. Peralatan bertani masyarakat Desa Sembungan juga mengalami perubahan, mulai dari alat yang digunakan untuk pengolahan lahan pertanian kentang misalnya sekarang mereka sudah menggunakan plastic untuk membantu penanaman kentang dan sayuran, dahulu yang menggunakan gerobak untuk mengangkut hasil panen sekarang sudah menggunakan alat tarnsportasi berupa truck dan mobil pick-up. Sebagian masyarakat Desa Sembungan sekarang juga memiliki kendaraan bermotor sebagai alat transportasi mereka, bahkan ada yang memiliki mobil, truk, dan bis. Padahal dahulu mereka hanya berjalan kaki atau menggunakan sepeda sebagai alat transportasi mereka. Dalam bidang Pendidikan, masyarakat Desa Sembungan sebagian besar sudah mengenyam pendidikan Sembilan tahun. Terbukti dengan berdirinya SD dan SMP yang berupa sekolah Islam karena di Desa Sembungan yang di utamakan adalah pendidikan agama. Walaupun ada beberapa orang yang sudah mengenyam pendidikan sampai dengan Perguruan Tinggi mereka beranggapan pada akhirnya mereka juga akan kembali menjadi petani lagi seperti orang tuanya. Disamping pendidikan formal, masyarakat juga masih tetap mengajarkan pendidikan dalam keluarga untuk menanamkan nilai dan norma serta etika dalam bermasyarakat. Dalam bidang Matapencaharian, masyarakat Desa Sembungan sebagian besar masih bermata pencaharian sebagai petani kentang. Mereka masih beranggapan bahwa petani kentang masih menjanjikan untuk mencukupi kehidupan mereka. Kentang yang sudah dipanen kemudian dijual pada pengepul bahkan sudah ada yang di ekspor, Dieng juga terkenal sebagai penghasil kentang tgerbaik di Indonesia. Namun, beberapa orang ada yang bermatapencaharian non petani seperti pedagang serta PNS (guru). Spesialisasi matapencaharian di Desa Sembungan tidak begitu mencolok karena sebagian besar mereka masih mengandalkan bertani kentang. Walaupun ada objek wisata mereka belum ada kesadaran beralih profesi yang berkaitan dengan wisatawan misalnya mendirikan home stay, menyewakan jasa, guide, dll. Pola Perilaku Masyarakat Desa Sembungan antara individu dengan individu lain masih sangat erat dan intim. Walaupun adanya kesibukan setiap individu dalam pekerjaan masing-masing, masyarakat masih mengutamakan kebersamaan atau kekeluargaan dalam masyarakat. Tidak ada perubahan yang signifikan, ini terbukti dengan masih adanya rasa kepedulian satu sama lain apabila seseorang individu tersebut mengalami musibah (meninggal)dengan iuran 10.000 tiap kepala keluarga, apabila ada yang sakit mereka juga ikut membantu dalam hal biaya. Dalam berbusana amsyarakat Desa Sembungan juga sudah memakai pakaian yang sopan sesuai dengan agama yang di anut, yaitu Agama Islam. Sebagian besar perempuan memakai jilbab dan baju yang sopan begitu juga dengan anak-anak. Organisai, di Sembungan dahulu organisasi hanya ada pada pemerintahan ( Lurah, Carik, Sekdes, dll), namun sekarang pola piker masyarakatnya sudah maju. Mereka mulai mendirikan organisasi-organisasi untuk kemajuan desa sembungan. Misalnya dengan adanya Gapoktan (Golongan Kelompok Tani), PODARWIS (Kelompok Sadar Wisata), Karang Taruna, dll. Nilai-nilai, Di Desa Sembungan sampai sekarang masih memegang teguh nilai-nilai yang di anut. Walaupun perkembangan zaman semakin maju tidak mempengaruhi dalam nialai-nilai kemasyarakatan yang ada di masyarakat desa Sembungan. Dalam bidang Kebudayaan, Sembungan memiliki banyak sekali kebudaayaan yang sudah melekat pda diri masyarakat tersebut. Mulai dari mitos, kesenian, religi, ritual, dan tradisi. Masyarakat desa Sembungan sampai saat ini masih mempercayai adanya mitos, mereka beranggapan ada mahluk lain yang hidup diantara mereka walaupun sekarang pemikiran mereka sudah rasional. Anggapan tersebut masih ada karena itu merupakan salah satu kebudayaan mereka, misalnya saat akan membangun rumah masih ditemukan beberapa sesaji berupa kelapa yang diikat pada tiang atap rumah. Ada salah satu ritual yang sangat terkenal di desa Sembungan maupun di Dieng yaitu ritusl ruwatan anak gembel. Mitos Anak gembel sampai sekarang juga masih dipercayai masyarakat Sembungan, sehingga mereka cenderung takut apabila tidak melakukan ruwatan pada anak gembel akan terjadi bencana di desa sembungan maupun di dieng. Dalam pelaksanaan ruwatan mengalami perubahan dengan adanya ruwatan massal. Dahulu ruwatan massal tidak ada, sekarang ada karena ruwatan massal bisa membantu Orang tua anak gembel yang tidak mampu meruwatkan si anak gembel tersebut. C. Faktor Pendorong Terjadinya Perubahan Sosial Budaya Masyarakat di Desa Sembungan Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan social budaya di desa sembungan antara lain. Faktor Internal : 1. Bertambah dan berkurangnya penduduk Bertambahnya penduduk mengakibatkan perubahan demografi pada masyarakatan Desa Sembungan, misalnya dalam hal jumlah penduduk, banyaknya tempat tinggal serta luas lahan yang ditempati. Semakin banyak penduduknya akan semakin besar integritas dalam kelompoknya 2. Penemuan-penemuan baru (discovery) Penemuan-penemuan baru disini misalnya adanya cara bercocok tanam yang baru bisa mengubah penghasilan masyarakat desa Sembungan dalam matapencaharian mereka. Faktor Eksternal : 1. Lingkungan Alam Fisik Lingkungan Desa Sembungan yang berupa dataran tinggi bersuhu sangat dingin serta memiliki potensi fisik objek wisata berupa kawah serta beberapa candi menyebabkan perubahan dalam bidang matapencaharian petani kentang yang menyesuaikan keadaan alam mereka, cara berpakaina mereka yang agak tebal karena di sana sangat dingin dan pola makan mereka. 2. Pengaruh Budaya Lain Potensi Wisata di dataran tinggi dieng menjadikan dieng dan desa sekitarnya sering dikunjungi wisatawan asing maupun local. Kondisi ini membuat mereka bersentuhan dengan kebudayaan lain dan membuat sedikit bergesernya kebudayaan desa sembungan serta pada dieng. D. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan SOsial Budaya pada Masyarakat di Desa Sembungan 1. Kontak dengan kebudayaan lain. Potensi Wisata di dataran tinggi dieng menjadikan dieng dan desa sekitarnya sering dikunjungi wisatawan asing maupun local. Kondisi ini membuat mereka bersentuhan dengan kebudayaan lain dan membuat sedikit bergesernya kebudayaan desa sembungan serta pada dieng. 2. Majunya Sistem Pendidikan Nasional Sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang semakin maju membuat masyarakat sembungan tidak mau ketinggalan pedidikan. Mereka juga mengubah persepsi mereka dengan wajib bersekolah Sembilan tahun. Pemikiran tersebut tentu saja berpengaruh terhadap status social mereka di masyarakat serta mudahnya mencari pekerjaan selain sebagai petani. 3. Keinginan untuk maju dan bersikap menghargai hasil karya orang lain. Pola pikir masyarakat Desa Sembungan yang tidak ingin ketinggalan dengan desa yang lain membuat mereka mempunyai semangat untuk maju dan mengubah gaya hidup mereka yang tradisional menjadi lebih modern. Misalnya mereka sudah memiliki alat transportasi sendiri serta alat telekomunikasi sendiri karena mereka percaya kalau mereka mempunyai barang tersebut hidup mereka akan menjadi lebih baik daripada kemarin. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Semua masyarakat cenderung mengalami perubahan social budaya begitu pula pada masyarakat Desa Sembungan, Wonosobo, Jawa Tengah. Masyarakat ini juga mengalami perubahan yang meliputi dalam bidang Tekhologi, Pendidikan, Matapencahrian, Pola Perilaku Masyarakat, Organisai-organisasi, Nilai-nilai kemasyarakatan serta pada bidang kebudayaa. Perubahan-perubahan tersebut terjaddi karena ada factor pendorong berupa factor internal ( Bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk, dan Penemuan-penemuan baru (discovery) ) serta factor eksternal ( Lingkungan alam fisik, dan Pengaruh dari Kebudayaan lain). Sedangkan Faktor penyebabnya adalah Adanya Kontak dengan kebudayaan lain, Majunya sistem Pendidikan Nasional, serta Keinginan untuk maju dan bersikap menghargai hasil karya orang lain.

aku..

Aku..
layaknya malam tanpa bintang
seakan bunga tanpa kumbang
seperti istana tanpa tiang

karna hanya ada AKU tanpa KAMU
karna hanya ada AKU bukan KITA
BUNDA